Indahnya Belajar dan Mengajar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
Posted by admin - -

Time Out dalam Parenting

Peresume Julia Sarah, S. Hum


❤Apa yang dimaksud dengan Time Out?
Time out adalah cara untuk mengendalikan kemarahan dan menghentikan perilaku buruk anak dengan memberinya kesempatan untuk menenangkan diri dan memikirkan kembali perbuatan yang dilakukannya.

Salah satu manfaat time out ialah anak dan orangtua sama-sama belajar mengendalikan emosi. Dengan teknik ini, keduanya dapat terhindar dari kemarahan yang lebih besar maupun dampak yang lebih besar, yaitu menyakiti diri sendiri dan orang lain.


πŸ’›Kenapa harus time out?
Sebab anak-anak tidak lahir dengan membawa kemampuan untuk mengendalikan kemarahan. Oleh karena itu, teknik time out adalah salah satu cara yang bisa membantu keterampilan tersebut.

Jika kita menghadapi anak yang sedang mengamuk dengan memarahinya maka akan memperkeruh keadaan. Anak akan semakin sulit dikendalikan dan tidak akan mendengarkan kita, mengapa?

Bunda, kita perlu menyadari bahwa dalam kondisi marah bagian otak yang berfungsi untuk berpikir (neokorteks) tidak akan bekerja. Bagian otak yang bekerja saat kita marah ialah bagian otak yang berfungsi untuk mempertahankan diri, atau kadang disebut juga ‘otak reptil’. Ketika otak reptil aktif, maka otak neokorteks tidak akan bekerja. Informasi yang masuk tidak dapat diolah. Oleh karena itulah, saat anak kita marah penyampaian pemahaman tidak akan efektif. Alangkah lebih baik jika orangtua membuat anak tenang terlebih dahulu. Saat anak telah tenang, barulah kemudian menyampaikan pesan pada anak. Dalam mengatasi kemarahan, orangtua perlu membimbing anak tentang cara mengenali, menghadapi, dan mengendalikan rasa marahnya. Bukan hanya mengalihkan atau bahkan mengabulkan permintaan anak.

Namun, sebelum time out dilakukan alangkah lebih baik jika kita self correction atas pola pengasuhan kita terlebih dahulu. Ada langkah-langkah lain yang perlu dipahami sebelum melakukan time out, yang disingkat sebagai PARENTING, yaitu:
P : Pengasuhan anak yang benar
Penggunaan metode/teknik yang kurang tepat dalam mengasuh anak akan membuat orangtua kesulitan dalam mengasuh anak, maka sebaiknya oangtua belajar terkait ilmu parenting agar dapat mendidik anak dengan baik.

A: Anak adalah anugerah
Meyakini bahwa anak adalah anugrah sehingga orangtua berusaha memahami berbagai perilaku anaksebagai proses belajar dan menyadari sepenuhnya bahwa tugas membimbing ada pada orangtua.

R: Redam kemarahan pada anak
Orangtua harus mampu mengelola emosi di depan anak. Penggunaan amarah dalam membimbing anak akan membuat pengasuhan tidak efektif karena akan memancing perlawanan dari anak.

E: Empati mendengarkan
Orangtua perlu membuat bonding pada anaksecara teratur. Bonding yang kuat antara orangtua dengan anak akan membuat anak lebih mudah diarahkan. Orangtua pun dapat memberi arahan terlebih dahulu pada anak karena telah mendengarkan anak dan mengetahui alur berpikir meeka.

N: Notifikasi Pembicaraan dengan Tindakan
Langkah ini bertujuan agar anak memahami alasan untuk berperilaku baik dan menghilangkan perilaku buruk. Dalam langkah ini, motivasi, situasi, serta kondisi yang mendukung pembentukan perilaku harus kita jelaskan atau kita notifikasi agar anak mendapatkan pesan/informasi yang sesuai dengan yang kita maksud.

T: Tanamkan Energi Positif
Jika orangtua ingin anak berperilaku baik, maka kita perlu memberi predikat sesuai harapan kita, misalnya: “Anak soleh”, “Anak pintar”, dll. predikat tersebut akan mendorong anak berperilaku sesuai dengan predikat yang diberikan. Maka, hindari memberi predikat (label) yang negatif pada anak, yaa Bun.

I: Istiqomah
Kunci keberhasilan dari teknik ini adalah saat orangtua mampu menjalankan setiap langkah dengan konsisten (istiqomah).

NG : meNGadakan Time Out
Time out diperlukan untuk membantu orangtua menghentikan perilaku buruk anak. Time out juga melatih anak untuk mengendalikan kemarahannya semenjak dini.

πŸ’šKapan dan di mana time out dilakukan?
Time out diberikan saat anak berperilaku buruk dan berlebihan dalam mengungkapkan kemarahannya, seperti memukul, berguling-guling, mengancam, dll. time out dilakukan dengan tujuan memberikan pemahaman kepada anak bahwa perilakunya tidak bisa diterima dan harus dihentikan.

Waktu time out bervariasi sesuai usia anak. Idealnya ialah 1-2 menit per tahun usia anak. Atau maksimal 2menit dikalikan usia anak. (contoh usia anak 4 tahun, maka maksimal time out ialah 8 menit).

Time out untuk menangani perilaku buruk biasanya menggunakan batasan waktu. Sedangkan time out untuk mengendalikan anak yang marah biasanya hingga anak tenang. Namun, time out yang menggunakan batasan waktu dengan time out  batasan sudah tenang memiliki efek yang berbeda.
*penggunaan batasan waktu berkesan bahwa mereka dihukum untuk diam di kamar selama waktu yang telah ditentukan.
*penggunaan batasan setelah menenangkan diri, memberi pemahaman kepada anak bahwa tujuan time out adalah membuat anak menjadi tenang.

Mengenai tempat time out, orang tua dapat memilih lokasi yang tepat untuk menenangkan diri, seperti kamar, lorong, ataupun ruang tamu. Hindari tempat yang cukup ramai seperti ruangan bertelevisi, ruangan dengan rak mainan, atau ada orang lain. hindari juga ruangan yang sempit dan gelap. Sehingga, sangat tidak disarankan mengurung anak di kamar mandi ataupun gudang ya, Bun.

πŸ’™Pada usia berapa time out dapat dilaksanakan?
Time out dapat dilaksanakan pada anak usia 2-12 tahun. Beberapa literatur menyatakan bahwa anak usia di bawah 2 tahun belum bisa menjalani time out sebab masih memiliki keterbatasan dalam kemampuan berpikir mereka, juga keterbatasan bahasa. Sedangkan anak di atas 12 tahun sudah bisa diberikan kesempatan merelaksasi diri sendiri.

πŸ’œManfaat Time Out
Anak akan semakin terampil mengendalikan kemarahannya. Anak-anak yang terampil mengelola emosinya ini akan lebih gembira dan percaya diri.mereka akan merasa bahwa lingkungan lebih menerimanya sehingga hal ini pun berdampak positif dalam perkembangan sosial mereka.

πŸ’Paradigma Seputar Time Out
Ada beberapa paradigma yang kurang tepat yang berkembang di masyarakat terkait dengan time out, yaitu:
1. Time out sebagai hukuman
Bunda, perlu sama-sama kita pahami bahwa time out bukanlah sebuah hukuman. Time out adalah teknik yang dilakukan orang tua untuk membantu anak merelaksasi diri saat ia marah atau merenungi perilaku buruknya. Anak diberikan kesempatan menyendiri untuk memikirkan perbuatannya tanpa diganggu dan menganggu orang lain.

Hal-hal yang membuat time out tampak sebagai hukuman oleh anak ialah saat orang tua:
-melakukannya sambil marah-marah
-mengatakan bahwa anak dihukum atas perilakunya
-tempat time out menakutkan
-diketahui banyak orang, misal men-time out anak di depan kelas (saat mengajar)

2. Time out menakutkan
Time out sama sekali tidak menakutkan jika kita telah memahaminya dengan baik. Bila kita pahami, justru seorang anak yang tidak bisa mengendalikan diri akan menjad sebuah masalah besar, baik bagi anak maupun orangtua. Ketika anak dapat menenangkan diri dengan baik melalui teknik time out, maka dia akan mulai merasakan kemarahannya mereda. Sehingga, ia pun dapat berkomunikasi lagi dengan orang-orang di sekililingnya.

3. Time out itu teknik yang sulit untuk dilakukan
Teknik time out tidak akan sulit jika dijalankan dengan benar, dijalankan sesuai aturan, dan dijalankan secara keseluruhan.

4. Time out menyakiti anak
Bagi sebagian orangtua, time out terlihat menyakiti anak. Padahal, baik fisik maupun psikis anak tidaklah disakiti. Semua langkah time out yang dilakukan dengan lembut, dengan memenuhi nilai kebenaran dan ketegasan tidak akan melukai anak.

5. Time out menghabiskan waktu
Pada awal penerapan, proses time out mungkin memelukan waktu yang cukup panjang, 20-30 menit untuk menenangkan anak. Namun, di kemudian hari investasi waktu, tenaga, pikiran, dan perasaan ini akan terbayar hanya dengan satu kata, semisal “tenangkan dirimu.”. Anak-anak kita akan ‘berterima kasih’ sebab kita telah memberikan keterampilan mengendalikan kemarahan.

6. Time out membuat anak membenci orangtua
Tentu saja hal ini tidak benar. Yakinlah bahwa kita ingin membantu mereka agar menjadi anak yang lebih baik, bahagia, dan pervaya diri.

πŸ’–Teknik Menjalankan Time Out
A. Pra Time Out
Jauh sebelum time out dilakukan, orang tua perlu menyepakati nilai bersama dengan anak. Misalnya, perilaku-perilaku apa saja yang disepakati dan tidak disepakati di rumah maupun di tempat lain. anak juga perlu mengetahui dan dipahamkan yang mana perilaku yang baik yang mana yang tidak. Setelah anak mengetahui dan memahami, barulah teknik time out ini dapat diterapkan pada anak. Tentunya dengan penjelasan dan kesepakatn terlebih dahulu, misal: “Kakak, jika kakak marah kakak harus menenangkan diri dulu ya, di kamar.” Bahkan, bagi anak yang lebih kecil untuk mengetahui apa itu menenangkan diri, orangtua perlu memberi simulasi terlebih dahulu.

Kunci penting sebelum melaksanakan time out ialah: tanpa marah dan tanpa banyak kata. Sehingga, saat orangtua melihat anak sudah berperilaku ‘di luar batas’ orangtua hsrus dapat membimbing anak untuk melakukan time out dengan dua syarat di atas. (semangat, Bun. Susaaah ya memang ga marah saat anak ‘meledak’, tapi InsyaAllah kita pasti bisa). Syarat terakhir ialah konsisten. Jika orangtua merasa belum siap men-time out anak, lebih baik dipending dahulu.

B. Time Out
Time out dimulai dengan pemberian peringatan sebanyak 3 kali dengan jeda 5 detik di antaranya. Jika sudah 3 kali diperingatkan anak belum juga menyudahi perilaku buruknya, maka anak dipersilakan untuk time out. Contoh penggunaan bahasa yang dapat dilakukan:
“Kakak, silakan kakak ke kamar dulu untuk menenangkan diri, ya. Kalau kakak sudah tenang, kakak boleh keluar.”

Selama time out anak tidak boleh ditemani, apalagi diajak bicara. Tidak boleh ada mainan, televisi, ataupun hiburan lainnya yang dapat mengalihkan anak.

C. Pasca Time Out
Setelah anak tenang, kita harus mendekatinya. Pada anak yang masih tampak kesal/sedih, kita bisa menanyakan perasaannya dan mendengarkan perasaan anak (empati). Jika anak masih menangis, teknik menarik napas panjang akan membantunya untuk menenangkan diri. Pada anak yang lebih besar, pasca time out orangtua dapat mengajak anak melakukan aktivitas kembali tanpa menyinggung apapun dan berikan pujian kepadanya karena telah mampu mengelola amarahnya.

πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•πŸ’•
Diresume dari buku Time Out dalam Parenting karya dr. Zulaehah Hidayati & Ratihqah Munar Wahyu, S.Si.

πŸ’—πŸ’—πŸ’—πŸ’—πŸ’—πŸ’—πŸ’—πŸ’—πŸ’—πŸ’—