Indahnya Belajar dan Mengajar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
Posted by admin - -

DAN IKANPUN HARUS BELAJAR HIDUP DI GURUN GERSANG πŸͺ 🐳 🐫

Oleh Ust Adriano Rusfi

Beberapa hari silam, menjelang senja saya terpaksa harus berkata kepada sepasang suami-istri :

“Ayahbunda, tipologi kepribadian putra anda sangat cocok, klop dan matching dengan sistem dan kultur pendidikan di Sekolah Alam. Anak anda dinamis, penuh gerak, cair, informal, sanguinis dan fungsional. Begitu pula Sekolah Alam : eksploratif, experiential-based, berorientasi kebijaksanaan dan tak struktural. Anak anda dengan Sekolah Alam bagaikan ikan dengan air. Namun, anak anda butuh sekolah konvensional yang rigid, tertib, kaya aturan, berdisiplin ketat dan formal”.


Ya, tiba-tiba saja saya mengeluarkan sebuah rekomendasi yang “aneh” : Saya menyarankan ikan untuk tinggal di gurun gersang !!! Dan, saya tak merekomendasikan anaknya untuk menjalani persekolahan di sebuah Sekolah Alam yang saya sendiri adalah konsultannya !!!

Sungguh saya sedang berhadapan dengan kompleksitas seorang anak manusia. Di dalamnya memang ada sisi ikan, namun juga punya sisi unta. Di sebuah sudut kepribadiannya ada sosok singa, namun di pojok yang lain ada tipologi rajawali. Manusia memang tak pernah sesederhana makhluk lainnya. Ia majemuk : punya jalan dosa dan taqwa, malaikati sekaligus syaithani, berakal tapi juga punya nafsu, kuat tapi juga lemah. Bahkan boleh jadi ia punya talenta yang saling "bertentangan" di dalam dirinya.

Anak dari pasangan yang sedang saya hadapi ini terlalu otak kanan, makanya ia butuh sentuhan otak kiri. Ia terlalu cair, maka ia perlu belajar sesuatu yang rigid. Ia terlalu bangga diri, maka ia harus belajar bahwa ia bukan siapa-siapa. Ia terlalu fungsional, maka ia membutuhkan sesuatu yang struktural.

Betul, karena manusia senantiasa butuh kesetimbangan, sehingga kita tak selalu harus mengikuti tipologi dan kecenderungannya, agar sebuah orientasi tak berkembang menjadi ekstremitas.

Saya tak ingin anak ini bernasib seperti kasus anak lain yang pernah saya tangani : Mentang-mentang ia bertipe otak kanan, lalu ayahbundanya sangat fokus mendidiknya ala otak kanan. Sehingga begitu pincang antara otak kanan dengan otak kirinya, LEBIH DARI DUA STANDARD DEVIASI !!!.

Ia memang berkembang menjadi anak yang sangat kaya gagasan, namun hanya berhenti pada gagasan. Tak pernah berkembang menjadi konsep, desain dan produk. Karena, mengubah gagasan menjadi konsep butuh otak kiri (40 %), mengubah konsep menjadi desain butuh otak kiri (60 %), mengubah desain menjadi produk butuh otak kiri (80 %). Seorang pemenang medali emas Olimpiade Ekonomi Internasional pernah berkata :

“Jika sisi pisau yang tajam telah sangat tajam, kenapa tak kita pikirkan sisi pisau yang lain ?”

Ayahbunda itu beranjak pulang. Dan sayapun melangkah bersama lantunan adzan Maghrib. Adzan itu menginsafkan saya betapa saya tak boleh mengkomoditisasi pendidikan, betapa saya tak boleh mem”paten”kan gagasan pendidikan, betapa saya tak boleh menjadikan paradigma pendidikan saya sebagai “kerajaan establish yang tak boleh diganggu-gugat”. Cukuplah Allah Yang Maha Besar.

Allaahu Akbar... Allaahu Akbar... Laa ilaaha illalaah...

πŸ“ Diskusi πŸ“

❓01: Jadi kalo cenderung otak kiri (tapi g ekstrim), baiknya ke Sekolah konvensional ust?

πŸ“Ust Aad: Sekolah Alam atau HE bisa untuk anak2 dengan otak kiri atau kanan.

Kalau sekolah konvensional cenderung otak kiri

❓02: Ust. Apakah anak yang berusia 3 dan 4 tahun sudah bisa di deteksi kecenderungan Otak kanan atau kiri?

πŸ“ Jwb: Pada dasarnya otak kiri dan otak kanan hanyalah sebuah kategorisasi, karena ternyata fungsi-fungsi yang disebut otak kanan bisa berada pada bagian kiri otak, sedangkan fungsi fungsi otak kiri bisa berada di bagian kanan otak.

Yang disebut dengan otak kiri adalah fungsi-fungsi berfikir, menalar, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan, yang menggunakan pola pola tertib sistematis mekanistik prosedural dan teratur.

Sedangkan yang disebut dengan otak kanan adalah pola pola menalar, berfikir memecahkan masalah, dan mengambil keputusan dengan menggunakan pola pola yang acak lateral, menyamping, dan kreatif

Untuk anak yang masih sangat kecil saya rasa tidak terlalu perlu mengidentifikasi berorientasi pada otak kiri atau otak kanan

Untuk anak-anak yang berusia dibawah 7 tahun, sebaiknya lebih kita rangsang otak kanannya. Sedangkan untuk anak-anak yang berusia lebih dari 7 tahun sebaiknya kita rangsang otak kirinya

Nah ketika dia mencapai usia akil baligh baru akan ketahuan apakah dia akan kuat di otak kanan atau otak kiri

❓03: Ustadz, dominasi otak kiri dan kanan ini apakah dipengaruhi oleh jenis kelamin anak jg ?

Sy merasa anak perempuan sy (12thn) sangat kanan dan yg laki2 (14&10 tahun) sangat kiri ...

πŸ“ Jwb: Peluang anak laki-laki atau anak perempuan cenderung otak kiri atau otak kanan sama besar

Dalam kehidupan sehari-hari aktivitas yang berurusan dengan otak kiri dan otak kanan juga sama banyak

❓04: Contoh kegiatannya apa saja ust. Yg merangsang fungsi masing2 otak ini?

πŸ“ Jwb : Segala kegiatan yang lebih banyak membutuhkan imajinasi, perasaan dan intuisi, serta tidak terlalu membutuhkan hal-hal yang bersifat prosedural , teknis, mekanisme dan sebagainya, maka itu adalah aktivitas yang bisa merangsang otak kanan

Sedangkan aktivitas yang dapat merangsang pengembangan otak kiri adalah segala aktivitas yang memang membutuhkan pola nalar, prosedur, mekanisme, tata tertib dan sebagainya


❓05:  Penjelasannya lengkap..... Intinya ,

Perbanyak aktivitas otak kanan dan kiri, walau dimanapun posisi kecenderungan otaknya

Saat mencapai usia aqil baligh baru si anak akan menentukan/memperlihatkan kecenderungannya di mana

Begitu bukan ustadz pemahaman sy...mohon di koreksi jk salah ☺

⭕: Nah itulah yg dilakukan Rasulullah yaa... ga membeda2kan kecerdasan seperti ilmuwan2 barat yg hanya memfokuskan satu kecerdasan bila di anggap itu kelebihannya

πŸ“Jwb :  Intinya dalam mendidik kita perlu berpegang pada prinsip keseimbangan atau tawazun, serta tidak zalim.

Keseimbangan artinya tidak terlalu berat sebelah, walaupun kita tahu orientasi dan kecenderungan anak kita.

Tidak dzolim artinya tidak memaksakan sesuatu yang memang bukan merupakan bakat atau potensi anak kita