Indahnya Belajar dan Mengajar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
Posted by admin - -

Setiap kita adalah fasilitator. Orangtua bagi anaknya. Suami bagi istrinya. Istri bagi suaminya. Guru bagi anak didiknya. Diri kita pribadi bagi teman-teman atau lingkungannya.

Hal yang pertama kali harus dikuasai seorang fasilitator adalah mengenali dirinya. Fasilitator harus paham benar apa kekuatan dan kelemahan dirinya, agar dapat mengambil perannya yang sesuai dengan bakat/ talentanya. Jika fasilitator telah mengerti untuk apa Tuhan menciptakan dirinya dengan keunikannya maka ia akan menjalani tugas hidupnya dengan easy (mudah), enjoy (menikmati), excelent (ahli). Dengan demikian Allah akan menghadiahi earn untuk hidupnya.

Setelah mengenali dirinya dan menentukan peran apa yang akan diambil oleh seorang fasilitator baik itu dalam keluarga maupun komunitasnya, fasilitator harus dapat melawan hal-hal negatif yang dapat menghambatnya. Faktor-faktor penghambat suksesnya seorang fasilitator dapat berasal dari luar dan dari dalam dirinya sendiri. Inilah yang dinamakan mental warrior.

Menjadi seorang fasilitator aktivitasnya akan berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, seorang fasilitator harus senantiasa melatih dirinya dengan 2c communication. Clear and Clarify. Itulah kunci komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif merupakan kunci kesuksesan seorang fasilitator.

Jika komunikasinya sudah efektif, diperlukan kemampuan berpikir yang sistematis. Kegiatan memfasilitasi haruslah tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan peserta. Seorang fasilitator perlu meramu dan mengarahkan kegiatannya secara sistematis. Salah satu cara melatih kemampuan berpikir sistematis adalah  menuangkan pemikiran dalam bentuk peta pikiran (mind mapping).

Fasilitator bukanlah profesi yang semata-mata untuk menjadikan dirinya sebagai seorang aktris dalam pertunjukan. Fasilitator yang handal bukanlah seseorang yang dielu-elukan. Fasilitator yang handal seharusnya mampu memberikan sebuah community service. Agar tidak jalan di tempat, perlu dilakukan master mind secara berkala antar fasilitator. Master mind yang dilakukan secara berkala dengan follow up akan mengantarkan para fasilitator kepada sukses berjamaah.

Posted by admin - -

Ibu profesional punya gerakan namanya 7to7. Gerakan ini sebenarnya upaya para ibu untuk mendisiplinkan diri. Makna dari 7 to 7 sendiri adalah pengalokasian waktu untuk aktivitas keseharian para ibu, jam 7 pagi sampai jam 7 sore adalah waktu 'kerja' para ibu.

Prinsip 7to7 yaitu 'kandangin' waktunya. Founder ibu profesional, Bu Septi, mengimplementasikannya sebagai berikut. Pagi hari, mulai bangun tidur sampai jam 7 pagi waktu dialokasikan untuk mengerjakan aktivitas rumah tangga yang tidak disukai tetapi wajib dilakukan. Selesai tidak selesai, semua aktivitas jenis ini harus diakhiri pukul tujuh pagi.

Jam 7 pagi sampai jam 7 sore bebas melakukan aktivitas yang disukai. Aktivitas pada rentang waktu ini bersifat dinamis.Mengembangkan passion sudah pasti ada di dalamnya. Namun, perlu diingat, bukan berarti menelantarkan anak. Anak anak dan keluarga perlu dilibatkan, diajak dalam aktivitas dinamis ini.

Setelah jam7 sore, selesaikan aktivitas yang tidak disukai tetapi harus diselesaikan. Agar semangat menyambut hari esok, kita bisa menutup aktivitas harian kita sebelum tidur dengan merencanakan aktivitas dinamis untuk besok.

Ada beberapa catatan penting untuk mengimplementasikan 7to7. Alokasi waktu tidaklah mutlak, dapat disesuaikan dengan kebiasaan dan jenis aktivitas para ibu. Baik itu ibu yang bekerja di ranah domestik maupun ibu yang bekerja di ranah publik, semua bisa melakukan gerakan 7to7 ini. Ambil prinsipnya, yaitu 'kandangin' waktunya untuk aktivitas wajib yang tidak sukai. Para ibu juga bisa mendelegasikan aktivitas aktivitas yang tidak disukai, asalkan ada kesepakatan dengan suami.

Posted by admin - -

Apabila anda seorang pekerja di ranah publik yg setiap hari menjalani rutinitas ke kantor, apakah selalu menanti-nanti weekend dan bahagia di hari libur? dan merasa malas ketika harus masuk kerja lagi?

Apabila anda seseorang yg bekerja di ranah domestik, apakah selalu mengalami kejenuhan dan bahagia saat anak-anak sudah berangkat ke sekolah? karena artinya kita terbebas dari beban sesaat?

Kalau jawabannya iya,

SEGERA PUTUS MATA RANTAI ITU

Jangan ijinkan anak-anak mengalami hal yang sama dalam kehidupannya kelak. Cukup kita saja yang mengalaminya.

Bannyak diantara kita yg sampai setua ini tidak tahu minat dan bakat kita itu dimana. Kita melewati dan menjalankan hidup seadanya. Tidak ada kepuasan batin dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Hal ini terjadi karena kita masuk ke lembaga pendidikan yang menjauhkan kita dari bakat alamiahnya. Bakat yang terpendam tidak sempat tergali, karena habis dengan berbagai macam tugas dan PR yang kadang kita sendiri tidak paham untuk apa.

Maka berjejaring membuat pendidikan berbasis komunitas menjadi hal penting agar menjadi salah satu pilihan anak dlm memenuhi kebutuhan belajarnya. Biarkan anak memilih, belajar bertanggungjawab atas pilihan hidupnya.

karena yg kita perlukan adalah

REVOLUSI PENDIDIKAN

Ijinkan anak kita bisa menikmati aktivitas sehari-harinya (Enjoy), Sehingga ia merasa mudah menerima dan memahami ilmu baru (Easy), ketika dijalankan berulang-ulang shg menambah jam terbangnya (Excellent) dan akhirnya uanglah yg mengejar anak-anak( Earn), bukan sebaliknya.

Ilmu ini yg insya Allah mulai pekan depan akan dibahas tuntas oleh Abah Rama satu persatu.

Selamat menemukan diri

Salam talents mapping,

/Septi/
[29/1 21.04] Iip Bu Septi: MENGGALI BAKAT ANAK

oleh : Septi Peni Wulandani

"Sejatinya pendidikan itu adalah memandu anak-anak tumbuh sebagai generasi, bukan hanya sekedar mengejar prestasi. Generasi yang paham dengan segala misi spesifik hidupnya di muka bumi ini, karena mereka adalah "limited edition".

Kalimat yang disarikan dari materi Abah Rama Royani saat mempelajari talents mapping ini sungguh indah.Saat mendapatkan ilmu ini beberapa tahun silam, saya berusaha memahami maksudnya dan segera menerapkan ke anak-anak.

Dimulai dari Enes Kusuma ketika usia 10 th sangat perhatian dengan lingkungan, kemudian  mulai mengajak saya, jalan-jalan ke tempat pembuangan sampah, dia mengambil satu learning point :

"Ternyata Indonesia itu tidak punya sampah, hanya bahan baku yang belum diolah"

Setelah melihat issue sosial di sekitarnya maka muncullah Projek "SEMI" (Save The Earth More Intensive) yang mengantarkannya terpilih menjadi Young Changemaker Ashoka 2009., aktivitasnya bisa lihat disini https://www.youtube.com/watch?v=YchNVhnRmIE.

Di projek inilah mas Dodik Mariyanto sangat berperan, melatih struktur berpikir Enes, mulai dari gagasan yang ada di kepala sampai menjadi sebuah gerakan/produk. Sang bapak menjadi mentor untuk anak, memberikan biografi orang-orang yang bergerak di bidang "pendaur ulang sampah", dan silaturahim langsung ke para ahli. Projek ini dijalaninya selama 4 th.Hingga usia 14 th. Saat mengerjakan projek dia melihat ilmu pengelolaan finansial yang masih kurang, shg memicu Enes untuk mengambil jurusan finansial saat kuliah.

Apakah setelah menginjak aqil baligh dia bergelut di bidang persampahan? ternyata TIDAK, dia menemukan jati dirinya, ternyata menemukan keasyikan  menjalankan peran sebagai "penata ulang sebuah sistem perusahaan". Mendapatkan mentor selain ayah ibunya, yaitu seorang maestro turn arounder asia pacific, Jejak ilmu yang dialaminya saat usia 10-14 th memberikan prinsip dalam aktivitasnya sekarang : "Tidak ada sampah, yang ada hanya sesuatu yg belum diolah",prinsip ini membuat Enes Kusuma berani membenahi hal baru , bahkan sesuatu yang hampir dibuang, dia tempatkan pada tempat yang tepat sehingga kembali bernilai. "Struktur berpikirnya menjadi sangat kuat, sehingga membuat ia berani memulai hal baru, yang belum pernah ada.

Kadang dalam melihat bakat anak, kita terpaku dalam "bentuk", kita lupa pada konten dan konteks yang dipelajari anak saat itu.Berganti-ganti mimpi saat usia pre aqil baligh itu adalah hal wajar, disitulah anak-anak berproses.Jangan buru-buru melabeli anak dengan aktivitasnya saat ini, karena aktivitas/projek  hanya kendaraan anak untuk menempuh jalan suksesnya.

Tugas orangtua :
Pre Aqil Baligh:
Menemani jalan-jalan, mengeksplor bakat
menjadi fasilitator proses penemuan bakat anak
melatih struktur berpikir dengan menjalankan projek yang masih dipandu orangtua.

Aqil Baligh:
Biarkan anak menemukan jalan hidupnya sendiri, tanpa turut campur orangtua.
Ijinkan anak mengerjakan projek kehidupannya sendiri sesuai passionnya.

Salam TM,

/Septi/