Indahnya Belajar dan Mengajar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
Posted by admin - -

Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamualaikum wr wb Ayah Bunda HEbAT bagian dari arsitek peradaban, mohon ijin ikut berbagi di SS kali ini. Sebelum cerita panjang lebar :D berikut perkenalan kami sekeluarga
Nama : M Iffan Fanani / Naila M Tazkiyyah
Profesi : Kary Swasta / IRT
Passion : Mengajar dan Menulis
Anak : 3 orang
1. Qonita Maylaffaizza Fanani (7y4m)
2. Ahmad Haidar Mumtaz (4y6m)
3. Muhammad Mushab Albanna (1y4m)
Domisili saat ini: Sangatta, Kaltim

Semoga ada yg sdh pernah mendengar nama kota cilik ini sebelumnya๐Ÿ˜
[11:43, 15/4/2016] Hebat Bunda Lala: Awal mula mengenal HEbAT saat mulai aktif ikut grup WA IIP Kalimantan kurang lebih setahun lalu. Di rumah, kami melakukan HE bersinergi dg guru di sekolah untuk Kaka Faza, Full HE untuk Mas Haidar campur2 dengan CBE juga, demikian juga untuk Adek Mush'ab.

Dulunya HE bener2 dijalankan lengkap dengan lesson plan detail sambil berpatokan pada kurnas dan standar ability anak sesuai usianya. Kalo sekarang setelah mengenal HE via HEbAT kami lebih enjoy menjalani nya karena sudah lumayan kenal garis besarnya :) Alhamdulillah.

Sesuai tema, hari ini kami sekeluarga ingin sedikit cerita tentang pengalaman Bahasa Ibu, BBA dan kearifan lokal.
[11:43, 15/4/2016] Hebat Bunda Lala: ๐ŸƒBahasa Ibu

Dari buku bahasa ibu, yg kami baca bahasa ibu di sini diartikan terlebih dahulu sebagai bahasa cinta org tua kepada anaknya. Biasanya kami praktekkan untuk menumbuhkan fitrah keimanan pada diri anak-anak.
Alhamdulillah, kaka sudah mampu mengingatkan dirinya sendiri untuk ibadah fardhu dan beberapa sunnah yang rutin dijalani seperti dhuha, tilawah, muraja'ah. Untuk Haidar masih belum terinstall tapi kadang sadar sendiri dan mengajak teman yang bermain ke rmh untuk sholat saat waktunya (tentu saja dengan gerakan-gerakan yang belum sempurna)

Sedangkan untuk makna bahasa ibu sebagai bahasa pertama yang dikenal anak secara sempurna, kami memilih bahasa Indonesia (dulunya pas belum paham, masih campur-campur pake bahasa Inggris) sekarang sudah insyaf :) Melalui media apa? yang paling utama selain melalui percakapan sehari-hari adalah melalui buku. Di buku, memudahkan saya dan suami menemukan kosakata baru yang memicu rasa ingin tahu anak, misalnya jadi ada padanan kata walaupun penggunaannya berbeda antara bertarung, berperang, bertengkar (maklum si anak cowo sukanya cerita perang tabuk, khandaq dll

[12:02, 15/4/2016] Hebat Bunda Lala: BBA
Saat masih tinggal di Depok setahun lalu, kami lebih banyak menghabiskan waktu di lapangan, masjid dan UI. Setelah pindah di rumah yang dikelilingi hutan, belumbisa move on sepenuhnya, karena walaupun seneng dikelilingi hutan tapi beberapa hewan di dalamnya seringkali unpredictable :D seperti di sini kadang juga ada buaya, anjing hutan, dan ular.
Kalau yang masih acceptable beberapa kali kami temui di sekitar rumah adalah Orang Utan, Rusa, biawak, bekantan, beruk, aneka jenis monyet. Di dekat rumah juga ada pantai tapi jangan dibayangkan bisa bermain pasir, karena dekat pelabuhan batubara dan langsung dalam, jadi kami hanya bisa sering bermain bola, layangan, melukis, di pinggiran pantainya saja :)
Rutinitas harian adalah bermain di lapangan cricket dekat rumah sambil bersepeda. Kaka dan mas bersepeda roda dua sementara si adek didorong bunda dg sepeda roda 3. Karena kami tinggal di komplek yang tertutup dan termasuk kawasan restricted area jadi tdk terlalu banyak jenis area yang dapat kami singgahi dg berjalan kaki.
Dalam seminggu biasanya diselingi belajar sambil bermain ke masjid agung, berenang, kemping2an di lapangan golf, liat pesawat ke bandara kecil dekat rumah, pinjam buku ke perpusda (belum pernah baca di tempat karena lokasinya kurang friendly untuk anak kecil padahal koleksi bukunya bagus-bagus. Jadi ngotot bikin 3 kartu untuk saya, suami dan kaka pake surat keterangan dr sekolah supaya bisa pinjam buku lebih banyak) dll.
[12:09, 15/4/2016] Hebat Bunda Lala: ๐Ÿƒ Kearifan Lokal

Semoga pemahaman saya ttg kearifan lokal ini tdk melenceng jauh, kami lihat potensi alam di daerah kami salah satunya adalah kayu, jadi ayahnya sering membuat aneka kerajinan dari kayu, seperti tombak, tembakan karet, meriam kayu, perahu, dan aneka jenis craft lainnya.
Kalau dari bundanya sering mengajak ke pasar tradisional tempat aneka ragam makanan laut mulai dari kepiting, cumi, ikan kakap, tongkol, layang, dan lainnya memberikan wawasan bahwa di Sangatta sangat banyak menghasilkan aneka ragam seafood, buahnya jenisnya pisang, buah naga, dan nangka. Karena rutinitas bunda di dapur, jadi kadang mengenalkan aneka jenis masakan dari bahan dasar tsb. Alhamdulillah kaka mulai suka cumi saus tiram, saus padang, ikan bakar, ayam bakar, pokoknya berbagai makanan yang dulu di Depok ogah dicoba di sini mereka mau mencoba juga berbagai olahan buah-buah lokal
[12:10, 15/4/2016] Hebat Bunda Lala: ๐Ÿƒ Lain-Lain

Semoga ayah bunda belum bosan dengan cerita khas emak-emak ini :D di bagian ini saya ingin berbagai dan memohon pendapat serta saran ttg dua hal berikut ini:

๐Ÿ’Tantangan bersinergi dg sekolah kaka
Seperti perkenalan di atas, anak pertama kami saat ini bersekolah di sebuah SDIT di Sangatta, setahun lalu ini sangat tdk terencana karena awalnya kami ingin full HE dulu mengingat usia kaka baru 6 thn. Namun, saking sepinya di komplek rumah dan waktu itu saya dan suami benar2 jadi orang baru yang tidak tahu apa2 juga belum kenal banyak org sementara kaka kesepian tiap pagi sore bener2 ga ada teman di sekitar rumah.

Akhirnya kami menuruti saran tetangga menyekolahkan kaka, kaka sendiri juga semangat walaupun sdh tertinggal krn sdh masuk semester 2 kelas 1. Hingga saat ini, kaka masih fun2 saja di sekolah karena di rumah kami tdk pernah mengajak belajar mengulang pelajaran sekolah, melainkan kami coba isi dengan muatan lainnya yang tdk didapat di sekolah. Seperti kaka suka mengolah data dg excel jadi ya kami fasilitasi, suka latihan public speaking sndiri entah jadi MC atau pidato, jadi ya kami printkan contoh2 naskah.

Nah, agar sekolah tdk terjebak dg kurtilas yg "menggemaskan" itu, kami mencoba bersinergi dg guru kelas kakak, mengajak memodifikasi model pengajaran di kelas dg beberapa aktifitas yang fun dan bermakna untuk anak. Alhamdulillah ustadzahnya menyambut baik. Sebulan terakhir ini bahkan guru BK dan manajer pendidikan yayasan sdh mau diajak berdiskusi untuk evaluasi model pendidikan di sekolah kakak, sehingga kami berusaha menjadikan sekolah tersebut sekolah yang menumbuhkan fitrah anak. mohon doanya terus lancar.

๐Ÿ’Tantangan istiqomah membangun CBE di kota kecil.
6 bulan setelah tinggal di sini, kami mulai kenal dengan tetangga dg cukup dekat. Kami pun mulai pede mengajak dan membangun komunitas belajar. Diawali dengan saya melibatkan diri di Poppets sebuah taman pendidikan anak usia dini informal yang dikelola oleh para bunda di komplek kami yang memiliki balita, kami bergantian jadi fasilitator dan menyiapkan bahan pembelajaran sederhana namun bermakna untuk anak-anak kami.
[12:13, 15/4/2016] Hebat Bunda Lala: Komunitas kedua adalah Tanjung Bara Fun Learning Center, karena berpikir sayang sekali ada fasilitas eks International school yang tidak terpakai jadilah setiap weekend kami coba ajak volunteer berkegiatan bersama dg anak-anak di komplek ini, jumlahnya jika berkumpul semua mencapai 40an anak. Aneka kegiatan kami siapkan dari permainan tradisional, fun cooking, english club, treasure hunt, sport activiities, writing class, science class, dll.

Yang sedang dalam tahap persiapan adalah pengaktifan kembali perpustakaan Tanjung Bara dulunya perpus Intl School namun sdh lama mangkrak jadi gudang, sekarang saya usul mohon dibersihkan dan bersedia menjado volunteer jaga perpus setiap hari bersama duo bocils, lumayan bisa sambil baca buku dan momong anak :)

Terakhir, ingin mengaktifkan juga kegiatan offline bagi member hebat sangatta walaupun baru 5 org (di kalimantan yang byk dr BPN dan bbrp daerah lain, karena mungkin sangat luas jadi di kabupaten kami baru 5 orang ini saja) jadi mau belajar buat visioning board bersama, portofolio anak, dll.

Demikian sharing dari keluarga kami, semoga bisa membawa manfaat walaupun sedikit. Salam hangat dari keluarga kecil di tengah hutan.
[12:16, 15/4/2016] Hebat Bunda Lala: Galuh : Bunda naila apa sdh menulis buku, sesuai passion? Mau beli kl ada, hehe . Boleh minta link blog nya, bun?
Naila : Boleh bunda.. kami jg nyontek di youtube
Menulis ebook jariyah sdh ada bbrp edisi bs diunduh gratis di blog saya bun๐Ÿ™ Www.nailatazkiyya.wordpress.com


[12:22, 15/4/2016] Hebat Bunda Lala: Untuk selanjutnya kita panggil Bunda Dini... Dari negeri Selebes Sulawesi
Silahkan Bunda Dini
Dini : Assalamu'alaikum wr. wb.
Terima kasih Ayah Indra, atas kesempatan berbagi dengan teman teman di grup Nasional. Sebetulnya kami masih butuh banyak belajar, semoga dengan kesempatan berbagi pengalaman ini dapat menjadi sarana belajar juga bagi kami...
Perkenalkan kami:
Ayah/Bunda: Muhammad Saladin/Dini Khalisyah Nasution
Pekerjaan: PNS/IRT
Domisili: Baubau, Buton, Sulawesi Tenggara
Anak: Dzikri (10th), Faza (8th), Hannan (5th), Rayyan (2th).

Dzikri sebelumnya bersekolah di MI Terpadu sampai kenaikan kelas 3 di Cimahi. Saat kami pindah ke Sulawesi (Juni 2014), Dzikri sempat bersekolah di MIN, tapi hanya 1 bulan di kelas 3. Selanjutnya mogok, dan akhirnya memilih untuk sekolah di rumah saja.
Faza sampai sekarang masih bersekolah di MIN (kelas2).
Hannan pernah sekolah TK, tapi hanya bertahan 2 bulan saja.

Kami mengenal Home Education bermula dari menyimak status status dan diskusi tentang renungan pendidikan berbasis potensi dan akhlak di FB ustadz Harry Santosa. Kami juga menyimak renungan renungan pendidikan yang disampaikan ustadz Adriano Rusfi di FB. Kemudian bergabung dengan grup wa HEBPA Sulawesi setelah membaca woro woro tentang grup ini di FB nya ust Harry Santosa.

Kami belum pernah mengikuti perkuliahan Fitrah Based Educationnya ust Harry Santosa, belum pernah bertatap muka langsung dan berdiskusi langsung dengan beliau. Namun idea idea dan konsep yang disampaikan ust Harry melalui dunia maya terasa sangat sesuai dengan core values keluarga kami.

Topik yang diamanahkan kepada kami pada Sharing Session kali ini adalah tentang Bahasa Ibu, Belajar Bersama Alam dan Kearifan Lokal.
[12:25, 15/4/2016] Hebat Bunda Lala: ๐ŸƒTentang Bahasa Ibu

Bahasa ibu yang kami pakai sehari hari di rumah adalah bahasa Indonesia. Saya sendiri asli orang Batak Mandailing, suami asli Sunda. Bahasa Indonesia dipilih karena kami berdua sama sama tidak menguasai dengan baik bahasa ibu pasangan. Saya mengerti bahasa Suda sedikit sedikit, tapi kurang pede kalau bicara dalam bahasa Sunda krn takut salah hehehe... Suami saya hanya paham beberapa kata dalam bahasa Batak Mandailing.

Dari sebuah diskusi tentang bahasa Ibu, ust Harry pernah menyampaikan untuk pernikahan beda suku, pilihlah bahasa ibu ibunya. Tapi saya sendiri merasa gagap mengungkapkan ekspresi/idea dalam bahasa ibu saya dan merasa lebih nyaman berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

Setelah saya renungkan, mungkin ketidakmampuan mengungkapkan perasaan, pemikiran dan idea dalam bahasa ibu saya, sedikit banyak dipengaruhi oleh pola asuh dan sistem persekolahan yang saya tempuh dahulu. Dulu, saat anak anak saya dilarang membantah dan berbeda pendapat dengan orangtua ataupun guru.
Saat sekolah, saya harus duduk diam dan mendengarkan guru, jarang sekali siswa diberi kesempatan berbicara, berpendapat, berpikir, menganalisa apalagi mencari solusi terhadap suatu masalah. Sekolah dalam ingatan saya hanyalah tentang mendengarkan guru, mencatat, menghapal dan adu cepat mengerjakan soal.

Saya tak ingin mengulang sejarah. Pendidikan otoriter yg diwariskan secara turun temurun ini cukuplah selesai sampai generasi saya. Saya ingin berubah, saya ingin memutus mata rantai kolonialisme dalam gaya pengasuhan. Walaupun terus terang sangat berat, mengingat rekaman alam bawah sadar yang begitu kuat, dan terkadang muncul ke permukaan saat sedang lelah, stress atau kondisi iman sedang turun...

Alhamdulillah, pertemuan dengan komunitas HEbAT adalah salah satu jalan yang Allah berikan untuk menemukan kembali fitrah fitrah kebaikan di dalam diri...
[12:26, 15/4/2016] Hebat Bunda Lala: Sejak anak anak masih bayi, kami membiasakan membacakan buku untuk mereka, mendongeng dan  juga mengobrol. Kebetulan saya dan suami sama sama hobby berburu buku dan koleksi buku. Sebagian besar koleksi kami adalah koleksi buku bekas. Kami mengepung seluruh penjuru rumah dengan buku buku, hasilnya anak anak sangat menyukai buku dan gemar membaca.
Hobby koleksi buku inipun ditiru anak anak, sesuai minat masing masing. Dzikri peminat luar angkasa, mulai mengkoleksi buku buku tentang luar angkasa, bumi dan alam semesta. Faza dulu sempat mengoleksi buku buku tentang dinosaurus. Karena sekarang minatnya berubah ke tanaman/berkebun, mulailah ia mengoleksi buku buku tentang tumbuhan. Hannan pecinta binatang mengoleksi buku buku tentang binatang, hutan dan peternakan. Rayyan si 2 tahun penyuka Winnie the Pooh pun mulai sibuk menandai buku buku miliknya hehe...

Kecintaan pada buku ini sangat membantu penguasaan bahasa ibu. Perbendaharaan kosakata anak anak menjadi sangat kaya. Dulu Dzikri di usia 2 tahun sudah berbicara dalam kalimat lengkap dengan kosa kata yang terkadang membuat kami takjub. Mungkin inilah buah dari kebiasaan membacakan buku  ensiklopedia dan buku buku cerita sejak ia masih bayi...

Setiap hari saya meluangkan waktu khusus untuk mengobrol seru dengan mereka. Mengobrol tentang apa saja. Meminta pendapat mereka tentang sesuatu hal.  Menanyakan perasaan mereka hari ini. Merencanakan kegiatan seru bersama sama.

Dan yang terpenting lagi adalah mendengarkan. Mendengarkan, meskipun menurut kita itu adalah hal remeh temeh. Tapi apapun itu, saya mencoba merekam dengan baik apa yg mereka ceritakan dan sampaikan. Harapan kami, anak anak mampu mengekspresikan perasaan dan mengungkapkan gagasan/pemikirannya dengan bahasa ibu yang fasih dan utuh.
[12:28, 15/4/2016] Hebat Bunda Lala: ๐ŸƒTentang Belajar Bersama Alam dan Kearifan Lokal.

Alhamdulillah, sudah 1 tahun 9 bulan kami tinggal di pulau Buton yang alamnya sangat indah dan kaya. Kota Baubau adalah kota pelabuhan yang dulunya juga menjadi pusat Kesultanan Buton. Kami bersyukur mendapat paket lengkap peng’ALAM’an hidup di rantau orang dengan budaya yg khas dan unik, lansekap alam yang sangat indah, pantai, laut, pulau pulau kecil, hutan tropis, sungai dan air terjun, langit dengan aneka bentuk awan yang unik dan cantik, hasil laut berupa berbagai jenis ikan yg belum pernah kami lihat sebelumnya, udang, kepiting, cumi cumi, kerang dsb. Di sini juga berdiri dengan kokoh warisan Kesultanan Buton yaitu benteng batu terpanjang di dunia , benteng Wolio (Benteng Keraton Buton), yang mengelilingi komplek keraton Buton

Pak indra palopo : Untuk yang ketiga...
Kita sambut Bunda Dwi... Dari negeri Ujung Timur Papua
Silahkan Bunda Dwi
Bunda Dwi: Assalamu'alaikum ayah bunda HEbAT ๐Ÿ˜Š. Terima kasih atas kesempatan yg sdh diberikan.

Perkenalkan

Nama: Fanny Abdul Aziz/ Dwi Puji Astuti
Umur : 32 thn / 32 thn
Anak :
1. Saladin Fatih Abdul Aziz (5 thn 4 bln)
2. Halim Syarif Abdul Aziz (2,5 thn)
Pekerjaan: pegawai PLN/IRT
Domisili: Sentani Kab Jayapura
MasyaAllah lengkap sekali apa yg sudah disampaikan oleh Bunda Naila dan Bunda Dini ๐Ÿ‘.

Izinkan kami sedikit saja sharing ttg bbrp kegiatan HE di keluarga kami ๐Ÿ˜Š
Sy awali ketika proses menikah dulu ya. Dulu suami sy memberikan syarat dalam proposal nikahnya bahwa istrinya tdk boleh bekerja menetap spt PNS, krn harus ikut kemanapun dia ditugaskan. Beliau ingin anak2nya mendapatkan pembinaan yg lengkap dari ayah dan ibunya. Sy pikir oh iya insyaAllah siap. Lagipula sy ga berniat jadi PNS. Ternyata memang benar, bbrp bulan setelah kami menikah, suami langsung ditugaskan ke Gorontalo. Tentu saja ini di luar dugaan sy ๐Ÿ˜…. Saya kira tidak akan secepat ini dan masih seputaran pulau Jawa sj, krn waktu menikah suami sy kerja di Indramayu.
Akhirnya saya yg lahir dan besar di Cimahi, musti ikut merantau suami yg org minang ke luar Pulau Jawa. Dimulailah petualangan keluarga kami. Indramayu, Gorontalo, Wamena, Bogor, Biak, Koya Jayapura, dan skrg Sentani Jayapura. 6 tahun menikah, 7 kali pindah rumah ๐Ÿ˜….
Dengan kondisi seperti ini, pindah2 rumah tanpa bisa diduga tempat dan seberapa lamanya, pendidikan anak tentu menjadi perhatian utama kami. Sehingga pada saat suami akan ditugaskan, suami selalu mencari apakah ada sekolah islam di kota yg akan dituju. Saya sendiri dulunya sempat berharap anak2 bisa bersekolah di sekolah yg menerapkan metode montessori. Tp tidak mudah utk mendapatkannya di luar Jawa.
Sampai akhirnya saya masuk ke grup wa HE Nasional sekitar 1,5 thn yg lalu dari oprek yg diposting bunda Deasy di  grup focer. Alhamdulillah saya merasa banyak manfaat dengan ilmu2 yg didapat. Terutama sy lebih rileks dalam menemani tumbuh kembang anak2.
Sy juga tidak risau nanti anak2 sekolah dimana krn sering pindah2 rumah. Dimana bumi dipijak, disitulah kami belajar. *modif dikit peribahasanya ๐Ÿ˜„.
HE sendiri yg saya pahami berbeda dengan HS. HE masih bisa tetap bersekolah formal. Hanya saja org tua memiliki peran yg lebih utama dlm mendidik anak2.

Suami sendiri ingin agar anak2 tetap masuk sekolah. Karena suka kasian liat saya riweuh sama anak2 ๐Ÿ˜„. Akhirnya kami akan mencoba memasukkan anak2 ke sekolah tahun ini, selain untuk menambah teman muslim, sy pun bs memiliki komunitas org tua murid yg mudah2an ke depannya bisa membuat CBE.
Alhamdulillah selama kami pindah2 rumah, anak2 termasuk mudah beradaptasi dengan lingkungan dan orang2 yg baru. Di Papua ini kami menemukan begitu banyak keragaman baik suku, agama, ras. Belum lagi alamnya yang sangat kaya.

Saladin sudah tahu mana kota yg udaranya dingin dan mana yg panas. Kenapa di Wamena dingin dan kenapa di Biak panas. Anak2 juga merasakan bagaimana tinggal di desa/daerah dan di kota. Mencoba langsung berbagai macam kendaraan baik darat, udara maupun air. Bermain dengan teman berbeda agama, suku, dan warna kulit.

Itu semua menjadi pengalaman yg berharga untuk anak2 kami.
Sehari2 anak2 kami bermain sama ummi dan tetangga sekitar. Bermain dengan alat dapur, alat2 pertukangan, manjat2 lemari dan pintu, bermain2 dengan tanah, menangkap belalang, main di sungai kecil samping rumah, lari2, bermain sepeda, dll. Kegiatannya ya bermain, bermain, bermain dan berantem ๐Ÿ˜.
Berikut ini beberapa kegiatan anak2 kami yg terdokumentasi. Sebagian besar hilang krn laptop dan hp yg dicuri:
1. Meski sibuk dgn pekerjaan, suami tetap menyediakan waktu utk anak2. Setiap pagi sblm ke kantor anak2 jalan2 bersama abinya lihat pesawat di bandara. Pulang diusahakan maghrib atau isya, langsung berangkat ke mesjid bersama anak2. Dan jelang tidur waktunya main2 di kasur atau baca buku. Kedatangan abinya selalu dinantikan oleh anak2 :)

[14:32, 15/4/2016] Hebat Bunda Lala: Di sini terlihat bahwa keterikatan suku masih sangat terasa di Papua. Ketika perang berlangsung hanya diperlihatkan kaum lelaki yg melempar2 tombak (tanpa mengenai lawan) dan kaum perempuan yg menari dan menyanyi menyemangati yg sdg perang. Kemudian diperlihatkan jg bagaimana perang diakhiri dengan damai.
Kami sendiri pernah merasakan kondisi rusuh di Wamena. Suasana cukup mencekam, toko2 tutup. Org2 Papua membawa tombak dan panah. Sirine dari kepolisian berbunyi tanda masyarakat harus berdiam diri di rumah. Tapi keesokan harinya suasana kembali normal, toko2 mulai buka kembali. Kata teman sy yg labewa (lahir besar di wamena) warga sudah terbiasa dengan kondisi spt ini. Oalah..

Keterikatan suku ini jg membawa kebaikan yg lain. Alkisah ada kepala suku suatu suku di Walesi masuk Islam, seluruh anggota sukunya kemudian ikut masuk Islam pula. Dan skrg di sana terdapat pesantren untuk membina anak2 muslim Papua.
[14:33, 15/4/2016] Hebat Bunda Lala: Saya belum setahun tinggal di Sentani ini. Sempat membuat TPA untuk anak2 sekitar. Namun karena ada suatu masalah yg berkaitan dgn akhlak anak didik, suami meminta saya untuk menutup TPAnya sementara waktu. Beberapa bulan lagi insyaAllah kami akan pindah rumah. Mudah2an bisa agak lebih lama stay di tempat yg baru, sehingga sy bisa membuka kembali TPA atau Taman Baca untuk anak2 sekitar.
Udah gitu aja ayah indra :). Demikian sharing session dari keluarga kami. Terima kasih atas perhatiannya ๐Ÿ˜Š๐Ÿ™
[14:33, 15/4/2016] Hebat Bunda Lala: Deasy: Dearest Bunda Naila, bunda Dini, bunda Dwi..... Bagaimana anak2 belajar ttg toleransi di sana?
Abah Fikri: Dan bagaimana memahamkan k anak2 ttg perbedaan suku, warna kulit dll

Dini  : Toleransi beragama maksudnya bunda Deasy?
Kalau di Baubau mayoritas muslim Bun... Kerajaan Buton sdh menjadi Kesultanan Islam Buton sejak Sultan Murhum masuk     Islam..
Ada penganut agama Kristen, Katholik dan Hindu jg, tp di sekitar lingkungan kami tidak ada..
Orang Bali yg beragama Hindu punya kampung sendiri, di luar kota Baubau, di kampung Bali Ngkaring karing...

Dwi : @Bunda deasy dan abah fikri:  selama ini anak2 biasa sj bermain dengan siapa sj. Karena melihat sy juga suka ngobrol dan mengajak main anak2 tetangga. Meski kalo sama anak papua, saladin masih suka rada sungkan ๐Ÿ˜ฌ. Ya akhirnya sering2 sy ngobrol sama anak2 papua itu, ngajak main. Lama2 anak2 mau jg main sama2.

Tetangga di sini agak berimbang antara yg muslim dan nasrani. Tp dlm bergaul ya kami memperlakukan sama. Anak2 jg blm ngerti dgn perbedaan keyakinan. Ketika tetangga sebelah memasang pohon natal di rumahnya, anak2 kami hanya melihat dan tanya itu apa. Setelah itu ya bermain spt biasa lg :)

Noni : Iyaa bun kata temen saya yg dinas di papua... di sana sebenarnya masyarakatnya amat toleransi soal suku dan beragama... hanya saja ada provokator2 yg gak tanggung jawab ingin memecah belah indonesia

Dwi : Iya di sini biasa kalo ada hari raya saling berkunjung. Ketika lebaran, yg nasrani berkunjung ke yg muslim. Pas natal sebaliknya. Kmrn pas tetangga samping rumah natalan, sy ketemunya sengaja pas H+1 dan bertanya "gmn natalan kmrn? :D"
Alhamdulillah hubungan ttp baik meski ga dtg pas hari H dan mengucapkan selamat hehe

Dini nasution: Kalau ttg perbedaan suku, kami sendiri menikah beda suku.... anak anak krn suka baca, biasanya udah tahu duluan, baca di buku hehe
Perbedaan warna kulit, penduduk lokal Baubau juga macem macem warna kulitnya... ada jg yg putih, krn dulu bnyk pelaut dr cina yg akhirnya membaur dan menikah dng penduduk lokal
Ada jg yg kulitnya agak coklat... ada yg memang hitam mirip orang Ambon...
Anak anak sih biasa saja.. tidak merasa aneh... krn ya td itu..udah pernah lihat/baca di buku ttg perbedaan warna kulit dan suku suku bangsa di dunia ๐Ÿ˜

Faza di awal2 sekolah sering bingung... kata gurunya anaknya nggak bisa komunikasi.. padahal bkn krn gak bisa komunikasi tp bingung dng bahasa Indonesia yg kental dng istilah2 khas daerah hehe
Ada penambahan kata "ji" "mi" "pi" di akhir kata.. mgkn kalo di sunda semacam kata "mah" "atuh"
Misalnya kalo bilang "Sudah" jadi Sudah mi

Yovita : Bunda Dwi: Papua ๐Ÿ˜
Masya Allah emang indah banget ya. Kebetulan kakak saya hari ini ke Papua isi training JSIT. Kirim2 foto di sana, masih banyak hijau2. Dan makannya langsung dikasi olahan sagu ๐Ÿ˜ *envy banget mau ke sana*

Saya juga sepertinya akan senasib dgn Bun Dwi, yang akan pindah2 keliling Indonesia. Insya allah 4 tahun sekali suami di mutasi. Alhamdulillah ada sharing ini, saya bisa  " contek" ilmunya dalam mendidik anak, beraktivitas , dan bersosialisasi dgn masyarakat ๐Ÿ˜๐Ÿ™๐Ÿป
Terima kasih untuk sharingnya yang menginspirasi, para aybun Hebat ☺
[14:33, 15/4/2016] Hebat Bunda Lala: Demikian tadi Sharing Session dari G-nas, insyaallah banyak yang kita bisa belajar dari para bunda di seluruh nusantara. Mohon maaf jika postingannya ter-sendat2 Sekian dan  Terimakasih