Indahnya Belajar dan Mengajar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
Posted by Ummu Hafidh - -

Adakah diantara kalian yang semakin bertambah usia semakin semangat untuk belajar? Seiring meningkatnya jenjang pendidikan semakin bergairah terhadap ilmu? Jika iya, saya ucapkan selamat, anda sungguh beruntung. Ya, beruntung karena fenomena yang kerap saya temui justru sebaliknya.


Jika saya mengingat masa kanak-kanak saya betapa besar keinginan untuk bersekolah.Diantara kita saat itu mungkin tidak sedikit yang ingin ikut kakak pergi ke sekolah. Masa taman kanak-kanak bagi kebanyakan kita menyisakan kenangan yang sangat menyenangkan. Setiap hari bermain, bernyanyi, dan melakukan hal-hal lain yang sifatnya senang-senang. Padahal tanpa kita sadari kita belajar banyak hal. Masa taman kanak-kanak membuat kita mengambil kesimpulan bahwa sekolah itu menyenangkan.


Seiring berjalannya waktu, masa SD, SMP, SMA pada akhirnya kita lewati. Sayangnya, semakin hambar rasanya bersekolah, seakan tidak pernah menikmati kekinian. Saat SD ingin cepat cepat SMP, begitu juga saat SMP ingin cepat cepat SMA. Ketika sampai di jenjang pendidikan tinggi (bagi yang beruntung diberi kesempatan kuliah) pun bermacam-macam cara orang menyelesaikannya. Ada yang seperti berlari meniti jembatan menuju surga; lulus cepat, cumlaude, langsung dapat pekerjaan yang bonafit. Ada yang seperti berjalan tertatih namun tetap sampai dengan selamat (baca : lulus dengan nilai cukup baik). Ada juga yang harus terjatuh dan tidak sampai tujuan (Drop out).

Kita sudah sering mendengar ungkapan 'sekolah (untuk) menuntut ilmu'. Namun, apakah benar kita sudah mendapatkan ilmu selama mengenyam pendidikan formal? Jika sudah, ilmu apa yang kita dapatkan? Lalu, bisa kita gunakan untuk apa ilmu kita?

Kita bisa menjawab dengan jujur pertanyaan-pertanyaan tadi, cukup di dalam hati kita masing-masing. Bisa dibilang, klimaks dari proses pendidikan formal adalah ketika seorang telah menjalani  kehidupan sebenarnya (baca : kerja dan atau berumah tangga). Saat itulah kita akan dapat mengukur, sudahkah kita benar-benar mencari ilmu selama bersekolah.

Di dalam benak saya justru bermunculan banyak pertanyaan. Jika sekolah untuk mencari ilmu, mengapa perusahaan mencari karyawannya berdasarkan ijazah dan transkrip nilai? Mengapa justru banyak orang yang bilang pekerjaan hanya membutuhkan secuil ilmu yang telah didapat? Mengapa tidak sedikit orang pintar yang justru tidak yakin apa yang sesungguhnya dia inginkan?

Sebenarnya masih banyak lagi pertanyaan yang bercokol di pikiran saya. Semua membuatku bertanya-tanya. Apakah memang sekolah itu benar untuk mencari ilmu, atau malah sekedar mencari nilai dan ijazah yang kelak dapat ditukarkan dengan sejumput uang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita? Pentingkah kemudian kita kaji ulang sistem sekolahan di negeri ini? Atau memang individu-individu yang menjalaninya yang telah menggeser urgensinya?


Ada baiknya jika kita tengok ke dalam diri kita, sudahkah kita sekolah dengan benar? Sudahkah kita benar-benat mencari ilmu? Yang terpenting, jika kita merasa masih belum terlambat, kita benahi niat dan tujuan kita sehingga kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan mudah dan penuh rasa bangga :
apakah benar kita sudah mendapatkan ilmu selama mengenyam pendidikan formal? Jika sudah, ilmu apa yang kita dapatkan? Lalu, bisa kita gunakan untuk apa ilmu kita?  
Syukur-syukur kita bisa sampai berbagi berbekal ilmu yang kita dapatkan.