Indahnya Belajar dan Mengajar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
Posted by admin - -

RESUME KULWAPP IIP SALATIGA
5 Desember 2015
💝💝💝💝💝💝💝💝💝

Menjadi Ibu Kebanggaan Keluarga.

Oleh: Ibu Septi Peni Wulandani

Apakah mesti memilih, antara menjadi ibu rumah tangga saja atau menjadi ibu yang bekerja?

Jawabanya, tidak ada yang harus di pilih. Yang ada adalah membuat skala prioritas sebagai seorang ibu. Tidak ada yang salah menjadi ibu yang bekerja di luar dan yang hanya memilih tinggal di rumah. Yang membedakannya adalah menjadi ibu rumah tangga saja, berarti ia sedang bekerja di ranah domestik. Sedang ibu yang bekerja di luar berarti ia sedang bekerja di ranah publik.

Menjadi seorang ibu yang bekerja di ranah domestik, tetapi tidak menjalankan peran dan tugasnya dengan sungguh-sungguh, maka keluarganya tidak akan mencapai tujuan dengan baik. Menjadi Ibu yang bekerja di ranah publik tetapi tidak memikirkan ranah domestiknya, maka kelurganya juga akan tidak dapat mencapai tujuan dengan baik.

Untuk menjadi ibu yang kuat bekerja di ranah publik harus kuat dulu ranah domestiknya, kenapa? Karena keluarga dan anak adalah amanah yang harus kita pertanggung jawabkan sampai kita menghadap kepada yang Kuasa. Kita bertanggung jawab memperkenalkan iman kepada anak, mengajarkan akhlak keada anak, mengajarkan adab kepada anak dan mengajarkan pendidikan yang lain kepada anak.

Jika seorang ibu yang bekerja di ranah domestik, tetapi tidak merasa bangga dengan apa yang telah diamnahkan kepadanya. Hasilnya, urusan memperkenalkan iman kepada anak juga tidak tersampaikan dengan benar, urusan mengajarkan akhlak dan adab kepada anak juga tidak akan terprogram dengan baik, dan tidak ada bedanya antara ibu yang bekerja di luar dengan ibu yang bekerja di rumah.

Seharusnya fokus kita sebagai seorang ibu adalah menguatkan ranah domestik kita, urusan rumah tangga dan keluarga kita agar ketika kita melangkah keluar ke ranah publik, keluarga tidak terabaikan atau berantakan. Karena keluarga dan anak adalah investasi yang paling berhaga dibandingkan dengan uang yang kita dapatkan di ruang publik.

Manakah yang lebih kita sukai, anak menahami pelajaran matematika tetapi tidak memiliki etika dan sopan santun? Manakah yang kita pilih, anak yang pintar secara akademik, tetapi tidak bisa memahami tujuan hidup mereka dengan baik? Urusan memahamkan iman, akhlak dan adab serta pendidikan non akademis di mulai dari rumah. Dan itu adalah tanggung jawab orang tua, khususnya ibu.

Sebuah keluarga yang memiliki ibu yang bekerja di ranah publik mesti melihat kondisi ranah domestiknya. Jika keadaan rumah “kacau”, maka ulang memanajemen waktu di ranah publik. Kurangi kegiatan di luar dan perbanyak memperbaiki ranah domestiknya. Seperti apa kekacauan yang sering terjadi pada keluarga yang memiliki ibu yang bekerja di ranah publik? Misalnya anak tidak mandiri mengurusi keperluan pribadi anak, atau anak tidak memiliki etika dan adab yang benar saat berkunjung atau dikunjungi.

Seperti itu juga seorang ibu yang bekerja di ranah domestik, tetapi memiliki kekacauan yang sama. Maka harus sama-sama memperbaiki kondisi di dalam rumah kita. Banggalah menjadi seorang ibu . Bagi ibu yang bekerja di luar atau yang bekerja di dalam, harus memiliki program yang jelas tentang pendidikan dan pengenalan iman, akhlak dan adab kepada anak. Serta bisa mengajarkan berbicara yang baik kepada anak atau anak bisa mempresentasikan keinginan dan gagasan yang dimiliki kepada orang lain.

Sebuah Organisasi unik bernama Keluarga.

Sebuah keluarga terdiri atas Suami, Istri dan anak

Suami bertugas sebagai Leader atau pemimpin. Yang bertugas menetapkan tujuan sebuah keluarga

Istri bertugas sebagai navigator, atau yang menemukan cara untuk mencapai tujuan.

Seorang istri mesti benar-benar memahami tugas ini dengan baik, jangan sampai istri yang mengambil alih tugas suami dan suami mengambil alih tugas istri. Istri secara tidak sadar menjadi leader, apa-apa mesti lewat persetujuan istri. Atau istri ngeyel ketika di ingatkan atau dinasehati oleh suami.Atau para suami juga secara tidak sadar membebankan tanggung jawabnya sebagai suami ke pundak istri. Suami merasa keenakan istri turut sertan bertanggung jawab mencari nafkah. Sehingga urusan pendidikan anak, urusan pekerjaan rumah menjadi tidak jelas tanggung jawab siapa.

Kuatkan sinergi antara suami dan istri agar bisa mencapai tujuan dengan baik dan capat. Seetiap keluarga harus memiliki tujuan hidup. Mau kemana di arahkan keluarga kita? Memberikan manfaat atau tidak bagi orang lain? Bagi kehidupan? Bagi Negara? Bagi agama? Caranya :

Sama-sama jelaskan tujuan keluarga (samakan visi) Sama-sama mendiskusikan cara mencapai tujuan.
Melibatkan dan
menempatkan setiap anggota pada perannya.

Jangan sampai kita menjadi keluarga yang “kesasar”. Artinya tidak mengetahui tujuan yang jelas antara suami dan istri. Tidak tahu kemana keluarga akan diarahkan.

Institut Ibu Profesional hadir dengan kurikulum yang bisa mengajarkan para perempuan menjalankan peranya sebagi ibu, istri dan manejer keluarga.

Di dalam Institut Ibu Profesional ada empat pokok kurikulum:

Bunda Sayang
Bunda Cekatan
Bunda Produktif
Bunda shaleha

Jdi tidak ada lagi alasan untuk tidak belajar memperbaiki diri, keluarga dan meningkatkan kualitas diri dan keluarga. Baik bagi ibu yang bekerja di luar dan bagi ibu yang hanya di rumah saja.

💝💝💝💝💝💝💝💝💝
Tanya jawab

1⃣ Ibu maaf agak melenceng dari materi 😊, ibu apakah salah di saat anak sakit, kita menuruti semua permintaanya, karena pada saat tidak di
turuti anak meronta2 berkepanjangan 😭, karena waktu itu anak terlihat lebih sensi #efek gak tega
Salah tidak ibu, nuwun
Nikmah✅
1⃣ Mbak Nikmah, hati-hati jangan semua dituruti, krn bisa jadi "modus operandi", shg anak-anak bisa "berpura-pura" sakit kl keinginannya tidak dituruti.apabila ada hal-hal yg masuk logika, misal sdh sehari ini sakit tdk mau makan.kmd dia minta makanan kesukaannya, untuk energi, silakan dibelikan. lihat apakah malas makan atau lahap sekali. (hal ini bisa untuk deteksi bohong atau tidak)✅

2⃣ Bu Septi, bagaimana bila tadinya seorang ibu sudah cukup berhasil di ranah domestiknya dan mencoba keluar di ranah publik...tetapi ternyata si ibu belum cukup kuat sehingga harus memilih untuk kembali lagi ke ranah domestiknya..

Bagaimana sebaiknya sikap si ibu ini...apakah perlu mencoba semuanya..mengingat yg ranah publik sudah mulai dijalankan...dan si ibu bertekad untuk melakukan apa yg sudah dimulainya...walaupun ternyata..ranah domestik nya belum kuat betul...

Terimakasih, Bu -- farida ^^✅
2⃣ Mb farida, prinsipnya hanya satu "apabila ragu, tinggalkan". ikuti hati nurani.Karena tidak ada yg pernah sukses dengan setengah-setengah.

Memilih berproses bersama anak, itu jauh lebih penting, daripada kita gamang antara publik atau domestik.karena prinsip kedua "bersungguh-sungguhlah di dalam, maka kita akan keluar dg kesungguhan itu". Ibarat tangga ranah domestik adalah pijakan pertama, harus kuat dan mantap, baru injak pijakan kedua dst.

Saya bertahan di ranah domestik full selama 8 th. Semua yg menarik dan menggoda saya bilang ke diri sendiri "menarik, tapi tidak tertarik, sabaaaar".akhirnya skrg saya baru merasakan pentingnya pijakan yg kokoh pertama kali.✅

3⃣ Lanjutan pertanyaan dari mb Nikmah
Sebenarnya ini jadi efek yg kebawa sampai sekarang ibu (meronta2 berkepanjangan) nya 😭, bagaimana cara menghilangkan atau menyembuhkan sikap buruk ini (meronta2 berkepanjangan) 😰 nuwun.
Nikmah ✅
3⃣ mb nikmah, ini termasuk tantrum mb, harus tegas dan tega. Saya pernah berikan 9 kotak tips praktis ttg mengatasi tantrum. kl ada yg masih punya, minta tolong di share disini ya. di hp saya sdh terhapus, efek bersih-bersih 😊✅

4⃣ Dalam membuat skala prioritas, seringkali waktu untuk mengurusi anak teralihkan oleh pekerjaan rumah seperti bersih2 dll. Akhirnya anak keteteran. Meski tau dan sadar itu salah, tapi untuk mengubahnya sepertinya sulit sekali, karena tidak tahan melihat rumah berantakan di depan Mata.  Bagaimana sebaiknya? Mohon sarannya. Terima kasih
-fulanah -✅
4⃣ Bunda, latihlah setahap demi setahap. berikan kelonggaran pada diri kita untuk menyelesaikan satu-satu. Sehingga tidak membuat stress saat menjalankan peran menjadi ibu."perfeksionis" dalam hasil biasanya akan membuat kita tertekan oleh diri sendiri. karena memang hasil itu bukan ranah kita.

maka caranya buatlah kelompok waktu ( istilah di iip "dikandangin waktunya")

misal, subuh - jam 7 menyelesaikan urusan rumah. selesai tidak selesai.

jam 7-14 fokus ke anak-anak.

jam 14-16 peningkatan kualitas diri

jam 16 ke atas bla..bla..

belajarlah disiplin dg waktu, dan jangan mudah tergoda.
berilah toleransi ke diri rumah ini boleh berantakan sampai jam berapa. setelahbitu start jam berapa lagi harus mulai beres✅

5⃣ Assalamu'alaikum, Bu Septi, Bagaimana dengan seorang ibu yang terlalu lama memperbaiki diri sendiri. 😁 Apakah tidak mengapa jika di saat 'membengkel diri sendiri' jadi perhatian thd anak sedikit berkurang?
Rina.✅
5⃣ Wa'alaykumsalam mb rina, kalau sudah ada anak, maka tempatkan anak menjadi prioritas utama, jadi makanan utama, baru masukkan peningkatan kualitas diri sebagai cemilan dalam memanage waktu sehari kita. Karena umur anak tdk bisa diulang, kalau unt diri kita sendiri masih bisa "remidi" 😄✅

6⃣ bagaimana jika sebuah keluarga yg blm kuat scr financial, sedangkan seorang ibu diharapkan.
Dewi✅
6⃣ Mbak Dewi, Berbagilah peran dengan suami (baca materi kulwapp pak dodik ttg berbagi peran di rumah tangga). Tempatkan anak pada prioritas utama, bagilah peran scr bergantian. Saat kita dapat peran mendampingi anak disaat itulah kita kejar ilmu manajemen di ranah domestik. Kemudian kalau kita yg berperan di ranah publik, maka suami yg menggantikan urusan anak dan ranah domestik. Sambil menata minim ada 1 usaha yg bisa diremote bersama keluarga di rumah.✅

7⃣ Bgm menyikapi godaan ketika kita memutuskan full jd irt..trutama godaan utk krj diluar rmh lagi, suami mendukung untuk jadi IRT
Lika✅
7⃣ Mbak Lika, apabila ada godaan katakan dua hal :
"cancel..cancel go away"
dan
" Menarik tapi tidak tertarik"
Godaan itu muncul seiring dg tingkat kejenuhan kita. maka pandai-pandailah membuat suasana dinamis selama di rumah bersama anak. Jangan kerjakan pekerjaan yg monoton dari hari ke hari. Banyaklah beraktivitas di luar bersama anak✅

8⃣  untuk ibu di rumah dan mulai membangun bisnis, kira2 ada ketentuan misal, nanti saja kalau anak udh usia sekian baru berbisnis. Atau gimana?
Rani ✅
8⃣ Mbak Rani, tidak ada ketentuan mbak, berproseslah bersama anak. Syarat dari pak dodik dulu, "Silakan kalau mau melakukan aktivitas yg kamu sukai, kamu boleh pergi kemanapun, selama anak-anak selalu berada disampingmu sampai usia mereka 12 th"
Itu ketentuan di keluarga kami, buatlah kesepakatan di keluarga mb rani.  Sehingga dulu saya ajak Elan ikut seminar mulai usia 14 hari - 12 th. Setelah 12 th Elan sdh nggak mau diajak-ajak lagi, sdh asyik dg teman dan dunianya sendiri.
kuncinya : BERPROSES BERSAMA ANAK✅