Indahnya Belajar dan Mengajar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
Posted by admin - -

MENGGALI BAKAT ANAK

oleh : Septi Peni Wulandani

"Sejatinya pendidikan itu adalah memandu anak-anak tumbuh sebagai generasi, bukan hanya sekedar mengejar prestasi. Generasi yang paham dengan segala misi spesifik hidupnya di muka bumi ini, karena mereka adalah "limited edition".

Kalimat yang disarikan dari materi Abah Rama Royani saat mempelajari talents mapping ini sungguh indah.Saat mendapatkan ilmu ini beberapa tahun silam, saya berusaha memahami maksudnya dan segera menerapkan ke anak-anak.

Dimulai dari Enes Kusuma ketika usia 10 th sangat perhatian dengan lingkungan, kemudian  mulai mengajak saya, jalan-jalan ke tempat pembuangan sampah, dia mengambil satu learning point :

"Ternyata Indonesia itu tidak punya sampah, hanya bahan baku yang belum diolah"

Setelah melihat issue sosial di sekitarnya maka muncullah Projek "SEMI" (Save The Earth More Intensive) yang mengantarkannya terpilih menjadi Young Changemaker Ashoka 2009., aktivitasnya bisa lihat disini https://www.youtube.com/watch?v=YchNVhnRmIE.

Di projek inilah mas Dodik Mariyanto sangat berperan, melatih struktur berpikir Enes, mulai dari gagasan yang ada di kepala sampai menjadi sebuah gerakan/produk. Sang bapak menjadi mentor untuk anak, memberikan biografi orang-orang yang bergerak di bidang "pendaur ulang sampah", dan silaturahim langsung ke para ahli. Projek ini dijalaninya selama 4 th.Hingga usia 14 th. Saat mengerjakan projek dia melihat ilmu pengelolaan finansial yang masih kurang, shg memicu Enes untuk mengambil jurusan finansial saat kuliah.

Apakah setelah menginjak aqil baligh dia bergelut di bidang persampahan? ternyata TIDAK, dia menemukan jati dirinya, ternyata menemukan keasyikan  menjalankan peran sebagai "penata ulang sebuah sistem perusahaan". Mendapatkan mentor selain ayah ibunya, yaitu seorang maestro turn arounder asia pacific, Jejak ilmu yang dialaminya saat usia 10-14 th memberikan prinsip dalam aktivitasnya sekarang : "Tidak ada sampah, yang ada hanya sesuatu yg belum diolah",prinsip ini membuat Enes Kusuma berani membenahi hal baru , bahkan sesuatu yang hampir dibuang, dia tempatkan pada tempat yang tepat sehingga kembali bernilai. "Struktur berpikirnya menjadi sangat kuat, sehingga membuat ia berani memulai hal baru, yang belum pernah ada.

Kadang dalam melihat bakat anak, kita terpaku dalam "bentuk", kita lupa pada konten dan konteks yang dipelajari anak saat itu.Berganti-ganti mimpi saat usia pre aqil baligh itu adalah hal wajar, disitulah anak-anak berproses.Jangan buru-buru melabeli anak dengan aktivitasnya saat ini, karena aktivitas/projek  hanya kendaraan anak untuk menempuh jalan suksesnya.

Tugas orangtua :
Pre Aqil Baligh:
Menemani jalan-jalan, mengeksplor bakat
menjadi fasilitator proses penemuan bakat anak
melatih struktur berpikir dengan menjalankan projek yang masih dipandu orangtua.

Aqil Baligh:
Biarkan anak menemukan jalan hidupnya sendiri, tanpa turut campur orangtua.
Ijinkan anak mengerjakan projek kehidupannya sendiri sesuai passionnya.

Salam TM,

/Septi/