Indahnya Belajar dan Mengajar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
Posted by admin - -




Adakah yang masih nggak percaya jodoh bisa ditemukan lewat selembar data diri alias biodata? Percaya gak percaya, aku rasa banyak orang yang sudah mengalaminya, baik itu yang ketemu jodohnya via biro jodoh umum maupun biro jodoh keagamaan. Itu juga yang terjadi antara aku dan dia, meskipun nggak sepenuhnya begitu juga sih kayaknya..

Perjodohan hanya dengan bertukar data diri lewat seorang perantara yang dipercayai, itulah definisi taaruf yang aku pahami sejak mengenal istilah taaruf, tepatnya sejak SMA kali ya..Sejak saat itu dan sampai akhirnya aku menjalani sendiri, walaupun aku aktif di kegiatan keagamaan, aku sebenernya gak terlalu percaya dan malah banyak menyimpan tanda tanya : masa sih bisa begitu? masa bisa langsung cocok? masa sekilat itu? gimana kalo itu bohong? dan gimana- gimana kalau yang lainnya..

Hidupku terus berjalan, sehingga datang sebuah masa ketika sebuah kata nikah mulai membuat hari-hariku sering didatangi si galau. Satu per satu temanku pergi meninggalkan status single. Iri? Nggak begitu sih, cuman waktu itu aku bingung aja, jodohku akan kutemukan dalam cerita yang bagaimana ya? Apakah seperti cerita dongeng, yang mak bedunduk datang gitu? Atau seperti kisah cinta di novel-novel? Semua itu pada akhirnya kuserahkan kepada Allah, karena kuyakin Dia telah memberikan skenario terbaik untukku.

Benar saja, skenarioNya ternyata sangat indah. Unik? tentu, bagiku setiap kisah itu unik karena nggak bakal sama persis plek. Aku yang notabene meyakini bahwa pacaran yang populer waktu itu adalah tidak baik, maka aku pun berusaha menjadi hamba Nya yang baik, tidak pacaran (selain itu juga kayaknya emang nggak ada yang berani memintaku jadi pacar,hahaha!). Aku menunggu. Pada awalnya, aku 'menyetor'  lembaran biodata ke beberapa orang yang konon sampingannya jadi mak comblang. Sementara itu, aku juga menunggu dan berharap eh siapa tau ada orang soleh yang baik hati, tidak sombong, rajin belajar dan suka menabung mak bedunduk datang kepadaku dan orang tuaku (baca : ngelamar dan ngajak nikah), hohoho.. 

Udah ya, lupakan yang terakhir tadi! Sekarang aku bahas sedikit soal proses taaruf yang ternyata WOW banget yah. Asal tau aja, selama menjalani taaruf demi taaruf itu semua aku coba analisis secara ilmiah. Sok-sokan banget ya aku ini, hehe.. Mulai dari menulis biodata aku kumpulin tuh beeberapa contoh format penulisan biodata untuk taaruf sampai untuk nglamar kerja *eh.. Aku coba semua dengan sebaran acak untuk mendapatkan mana yang paling cocok untukku, sampai-sampai aku pun membuat beberapa format versiku sendiri.

Saking ilmiahnya menganalisis, aku sempat pusing sendiri, sehingga pada akhirnya aku berkesimpulan bahwa selembar data diri memang benar-benar nggak ngejamin bagaimana bentuk dan pribadi seseorang. Anyway aku malah lupa format yang mana ya yang aku kasihkan ke dia yang sekarang sudah jadi suamiku.Berhubung tidak terjaminnya kevalidan selembar data diri itu maka sarana bertanya kepada orang lain yang mengenal haruslah digunakan. Beberapa kali belum juga berjodoh lewat taaruf, aku jadi dikira milih.Padahal nggak gitu lo, yang mengundurkan diri terlebih dahulu mesti si cowok. Aku sih nyantai aja (pada kenyataannya sih, super duper menghabiskan energi hati), baca sekilas, tunjukin ke ortu, shalat istikharah.

Pernah berkata seorang ustadz yang sudah beberapa kali membantuku dalam hal pencarian jodoh,"Kamu itu cari yang seperti apa? Yang kaya nggak cocok, lulusan pondok nggak cocok juga..". Aku diam aja, sedikit cengengesan, sambil bicara dalam hati, "Ga yang gimana-gimana, sulit aja untuk diungkapkan". Meskipun begitu, aku percaya kepada istri beliau dan pada akhirnya aku memutuskan bahwa aku hanya akan mempercayakan soal pencarian jodoh kepadanya saja, karena menurutku dia yang paling mendekati mengerti keadaanku.Selebihnya, jodoh itu memang misteri yang sangat menarik. 

Bagiku, seseorang yang kumaksud memang sulit untuk kudefinisikan dengan kata-kata. Jelasnya, aku mau ada gambaran dirinya yang nyata. Itulah salah satu alasan yang menguatkanku untuk menerima lamarannya kepadaku. Berhubung aku nggak sepenuhnya percaya pada selembar data diri, maka aku sebenarnya nggak pernah terlalu ambil pusing dengan apa yang tertulis dalam selembar data diri. Itu juga alasan kenapa -sejujurnya- aku pernah mbatin, nggak deh kalo aku sampe taaruf sama temen-temen yang udah kukenal sehari-harinya. Soalnya, kadang aku merasa agak ganjil, aneh aja, kayak ada kepribadian yang beda antara mereka yang kulihat sehari-harinya dengan mereka di lingkungan para pria yang diduga pria-pria soleh.

Dia pun datang sebagai jawaban dari Allah atas pertanyaan, kergauan, kebimbanganku akan jodoh. Aku merasa dirinya cukup nyata. Seorang temanku yang notabene sesekolahan dari SMP sampai kuliah, ternyata adalah temannya sekaligus tetangganya. Berbekal sedikit keterangan dari temanku itu tentang dia, aku pun merasa gambaran tentangnya tidak hanya sederet huruf, kata dan kalimat dalam selembar data diri.