Indahnya Belajar dan Mengajar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
Posted by Ummu Hafidh - -


Saya sedang membaca dan meresapi sebuah buku yang -bagi saya- sangat menarik walaupun baru saja berjalan beberapa lembar. Saya ingin menuliskan beberapa kutipan di dalamnya yang memberikan inspirasi bagi saya.

*Habibie
Kesibukan di kantor dan di rumah meningkat dan waktu cepat berlalu. Ainun dalam keadaan mengandung tua makin berat rasanya karena badan beliau yang kecil sedangkan rahimnya besar mengandung anak pertama. Saya sedapat mungkin terus berada di sisinya dan Ainun tidak pernah mengeluh dan setia mendampingi saya penuh dengan keyakinan bahwa semua itu akhirnya adalah investasi untuk menjadi mandiri membangun keluarga sakinah, di rantau tanpa dipengaruhi oleh keluarga besar Habibie dan Besari

*Ainun dalam A. Makmur Makka hal 385:
Saya belajar menggunakan waktu secara maksimal sehingga semuanya dapat terselesaikan dengan baik mengatur menu murah tapi sehat, membersihkan rumah, menjahit pakaian, melakukan permainan edukatif dengan anak, menjaga suami, membuat suasana rumah yang nyaman; pendeknya semuanya yang harus dilakukan agar suami dapat memusatkan perhatiannya pada tugas-tugasnya. Saya belajar tidak mengganggu konsentrasinya dengan persoalan-persoalan di rumah.

*Ainun menulis catatan pada buku A. Makmur Makka hal 386 :
Mengapa saya tidak bekerja? Bukankah saya dokter? Memang. Dan sangat mungkin saya bekerja waktu itu. Namun saya pikir : buat apa uang tambahan dan kepuasan batin yang barangkali cukup banyak itu jika akhirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji tinggi dengan resiko kami sendiri kehilangan kedekatan pada anak sendiri? Apa artinya ketambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak saya tidak dapat saya timang sendiri, saya bentuk sendiri pribadinya? Anak saya akan tidak mempunyai ibu, seimbangkah anak kehilangan ibu bapak, seimbangkah orang tua kehilangan anak dengan uang dan kepuasan pribadi tambahan karena bekerja? Itulah sebabnya saya memutuskan menerima hidup pas-pasan. Tiga setengah tahun kami bertiga hidup begitu.

*Habibie
Tawaran Profesor Ebner sangat menarik dan merupakan tantangan tersendiri. Menjadi Guru Besar atau Profesor di RWTH-Aahen pada usia antara 30-31 tahun aalah suatu kesempatan yang patut dipertimbangkan. Apakah tawaran ini saya terima? Saya harus diskusikan dengan Ainun. Ini akan sangat memengaruhi masa depan kami dan tidak saya benarkan untuk memutuskan sendiri tanpa sepengetahuan Ainun. Kami berdua mendiskusikan pro dan kontra, lalu kami berdua berkesimpulan bahwa sebaiknya kami tetap setia pada program perjuangan bangsa yang menugaskan siapa saja mencari ilmu di mana saja untuk kelak turut berperan aktif membangun Indonesia.